Senin, 27 April 2020

Membandingkan Teks Cerita Fiksi dalam Novel

Wawan Setiawan Tirta
Bahasa merupakan wahana utama penghasil teks. Bahasa adalah sarana bagi pengarang agar leluasa mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaannya. Bahasa dalam novel pada umumnya penuh makna dan menimbulkan efek estetik. Seorang pengarang harus mampu memilih dan menggunakan kata-kata yang dapat memperkaya makna, menggambarkan objek dan peristiwa secara imajinatif, serta memberikan efek emotif bagi pembacanya. Melalui penggunaan gaya bahasa yang tepat, diksi atau pilihan kata yang dilakukan pengarang akan memikat pembaca untuk terus mengikuti jalan cerita yang disuguhkan.

Sebagai pembanding novel Nyanyi Sunyi dari Indragiri, kalian diminta membaca novel Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata. Untuk dapat memahami jalan cerita yang disajikan Andrea Hirata melalui novelnya tersebut, kalian bisa mencari novelnya di toko buku atau internet. Dengan membaca novel ini, tentu saja kalian akan lebih mudah menganalisisnya. Perbandingan permasalahan yang terdapat dalam novel Nyanyi Sunyi dari Indragiri dan Laskar Pelangi:
Laskar PelangiNyanyi Sunyi dari Indragiri
  1. N.A. Muslimah Hafsari Hamid binti K.A. Abdul Hamid, bertekad melanjutkan cita-cita ayahnya K.A. Abdul Hamid, pelopor sekolah Muhammadiyah di Belitong-untuk terus mengobarkan pendidikan Islam. 
  2. Karena kami kekurangan guru  beliau sendiri yang mengajar semua mata pelajaran
  3. Sekolah kami adalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan sekolah miskin di seantero negeri ini. 
  4. Sekolah lami kekurangan guru sehingga sepuluh siswa baru ini bercokol selama sembilan tahun di sekolah yang sama dan kelas-kelas yang sama.
  5. Sekolah Muhammadiyah tak pernah dikunjungi pejabat, penjual kaligrafi, pengawas sekolah, apalagi anggota dewan. Sekolah kami tidak dijaga karena tidak ada benda berharga yang layak dicuri.
  6. Pulau Belitong yang makmur seperti mengasingkan diri dari tanah Sumatra yang membujur dan di sana mengalir kebudayaan Melayu yang tua. 
  7. Ketika korporasi secara sistematis mengeksploitasi timah, kebudayaan bersahaja itu mulai hidup dalam karakteristik sosiologi tertentu yang atribut-atributnya mencerminkan perbedaan sangat mencolok seolah berdasarkan status berkasta-kasta
  8. Kampung kami adalah kampung terkaya di Indonesia. Inilah kampung tambang yang menghasilkan timah dengan harga segenggam lebih mahal puluhan kali lipat dibanding segantang padi.  
  9. Di luar tembok feodal itu berdirlah rumah-rumah kami, beberapa sekolah negeri, dan satu sekolah kampung Muhammadiyah.
  10. Kekuatan ekonomi Belitung dipimpin oleh orang staf PN dan para cukong swasta yang mengerjakan setiap konsesi eksploitasi timah.  
  11. Hanya beberapa jengkal di luar lingkaran tembok tersaji pemandangan kontras seperti langit dan bumi.
  1. Persoalan dimulai pada April 1998, saat keadaan politik memburuk akibat jatuhnya harga rupiah. Keadaan tersebut menyebabkan harga getah karet dan kayu melambung tinggi.
  2. PT Riau Maju Timber melakukan penebangan kayu hampir sampai perbatasan kampung sehingga mengakibatkan beberapa hutan di kampung sebelah sudah lenyap.
  3. Panas terik sepanjang tahun mengakibatkan beras menjadi langka, pohon karet tak mengeluarkan getah karena tak tersiram air.
  4. Penebangan hutan yang tidak terkontrol dan pembakaran yang dilakukan membuat bencana itu selalu datang.
  5. Dampak penebangan hutan menyebakan banjir tiap tahun dan kemarau membakar dan mengeringkan sawah ladang. Hingga suatu ketika banjir bandang menerjang rumah dan menghanyutkan abah Kalid. Kematian seorang ayah semakin menyalakan api dendam yang tumbuh di dada Kalid. 
  6. Kalid membakar base camp milik PT Riau Maju Timber yang menyebabkan masyarakat banyak menderita akibat eksplorasi hutan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. 
  7. Khalid bersama teman-teman kemudian masuk penjara yang mungkin membuat umi tertekan batin karena anak satusatunya berurusan dengan masalah kriminal dan peristiwa tersebut mengakibatkan umi meninggal hanya beberapa hari sebelum khalid keluar dari penjara.
  8. Khalid datang ke kantor Dinas Kehutanan di Rengat ketika libur kuliah dan mengatakan kepada mereka bahwa aktivitas PT Riau Maju Timber di kampung kami harus dihentikan. Aktivitas tersebut menyebabkan hutan habis dan banjir selalu datang menenggelamkan kampung.
  9. Ketika hakim selesai membaca keputusan, kembali, mereka kalap dan mengatakan bahwa hukuman itu tidak adil untuk Kalid.
  10. Khalid mulai memahami pedihnya menjadi orang miskin adalah bagaimana supaya kami semua di kampung diperhatikan; sekolah dibangun dengan layak, jalan dan jembatan dibuat dan orang-orang di kampung kami tidak bermental terbelakang seperti itu.

Membandingkan bisa dengan mencari persamaan maupun perbedaan hal yang dibandingkan. Seperti halnya teks cerita pada novel Nyanyi Sunyi dari Indragiri terdapat beberapa struktur teks lain di dalamnya, sehingga novel ini disebut juga dengan genre makro. Salah satunya adalah teks eksplanasi seperti di bawah ini.
StrukturNyanyi Sunyi dari Indragiri, 2004,
(Halaman 38-41)
Pernyataan
Umum
Tahun 1986, inilah tahun terburuk dalam sejarah bencana di kampungnya. Dia baru tamat SD ketika itu dan umurnya baru 12 tahun. Meski masih bau ingus, tetapi dia ingat betul semua yang terjadi di kampungnya; panas terik sepanjang tahun, beras menjadi langka, pohon karet tak mengeluarkan getah karena tak tersiram air. Penduduk kampung ini akhirnya banyak yang mencari ubi dan talas ke kampung lain untuk sekadar mempertahankan hidup.
Urutan Sebab-AkibatTahun 1986, inilah tahun terburuk dalam sejarah bencana di kampungnya. Dia baru tamat SD ketika itu dan umurnya baru 12 tahun. Meski masih bau ingus, tetapi dia ingat betul semua yang terjadi di kampungnya; panas terik sepanjang tahun, beras menjadi langka, pohon karet tak mengeluarkan getah karena tak tersiram air. Penduduk kampung ini akhirnya banyak yang mencari ubi dan talas ke kampung lain untuk sekadar mempertahankan hidup.
UrutanSebab-
Akibat
 “Ini cobaan dari Tuhan, Anakku....” kata abahnya ketika itu. Tapi mungkin juga peringatan dari Tuhan karena selama ini kita lalai dan tidak menjalankan apa yang diperintahkan,” sambung abahnya lagi.

 “Apo nak kito buat, Abah?” katanya dalam bahasa kampung, campuran antara logat dusun Jambi dan Indragiri.

“Berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah agar bencana kekeringan ini berakhir.”

“Apakah Allah mau dengar doa dan permintaan kita?”

“Jika ini memang ujian, Allah tak akan memberi ujian yang tidak bisa diterima oleh manusia....”

Setiap malam, Kalid pergi ke surau untuk mengaji bersama teman-teman sebayanya.

Setiap pulang dari surau, Kalid langsung bercerita kepada abah dan uminya, bahwa dia ingin sekolah tinggi dan tidak hanya sekadar pandai mengaji. “Saya ingin jadi insinyur, Abah, biar saya membangun jembatan di atas Sungai Indragiri ini,” katanya suatu kali. Abah dan uminya hanya tersenyum mendengar itu.

Di lain kesempatan, juga ketika pulang dari surau, dia mengatakan bahwa lebih baik menjadi guru, agar bisa menjadikan orang insinyur atau pejabat. “Kalau jadi insinyur saya hanya sendirian, tetapi kalau jadi guru, saya bisa menciptakan banyak insinyur,” katanya. Lagi, abah dan uminya hanya tertawa mendengar itu.

Panas terik masih terus memanggang kampungnya, juga kampung-kampung lain di pinggir sungai itu. Asap mengepul dari hutan-hutan di pinggir kampung yang sudah banyak terbakar. Hampir setiap hari pula, dia selalu mendengar suara mesin penebang kayu meraung-raung tidak siang tidak malam dan beberapa hari kemudian kayu-kayu, yang sudah dirajang dengan rapi baik berbentuk papan maupun batangan segi empat, dikeluarkan oleh serombongan kerbau dari hutan.
Urutan Sebab-
Akibat
Sesampai di pinggir sungai, ada orang yang mengikatnya dengan tali atau kawat dan kemudian dalam jumlah besar dialirkan ke arah hilir sungai dan dikendalikan oleh pompong bermesin diesel. Hampir setiap hari, dalam panas yang memanggang kampung itu, hal seperti ini terjadi; kayu yang ditarik kerbau keluar dari hutan menuju pinggir sungai, dan rombongan aliran kayu ke arah hilir.

Kalid bertanya kepada abahnya, apakah mereka yang bekerja itu adalah orang kampungnya. “Mereka bekerja kepada seorang pengusaha dari kota yang dibeking aparat untuk menebang hutan di sekitar kampung kita. Mereka sudah menghabiskan hutan di daerah hulu, dan sekarang giliran kampung kita dan kampung-kampung lain yang akan dihabiskan kayunya....”

“Apakah upah mereka mahal, Abah?”

“Harga kayu itu yang mahal, upah untuk mereka yang menebang, menggergaji, dan semuanya itu sangat kecil. Padahal mereka mempertaruhkan nyawa. Tidak sedikit dari mereka yang mati ketika menebang kayu.”
“Tapi mereka mau bekerja?”

“Kita semua butuh uang...”

 “Ayah tidak bekerja bersama mereka?”

“Ayah masih bisa mencari pekejaan lain.”

 “Banyak orang kampung kita yang bekerja seperti itu, kan Bah?”

“Suatu saat kamu akan tahu, merekalah yang sebenarnya membuat bibit bencana untuk kampung kita.”

“Kenapa, Abah?”

 “Karena mereka menghancurkan hutan yang menyerap dan menyimpan air saat musim hujan dan mengeluarkannya "

“Apakah upah mereka mahal, Abah?”

“Harga kayu itu yang mahal, upah untuk mereka yang menebang, menggergaji, dan semuanya itu sangat kecil. Padahal mereka mempertaruhkan nyawa. Tidak sedikit dari mereka yang mati ketika menebang kayu.”

 “Tapi mereka mau bekerja?”

“Kita semua butuh uang...”

“Ayah tidak bekerja bersama mereka?”

“Ayah masih bisa mencari pekejaan lain.”

“Banyak orang kampung kita yang bekerja seperti itu, kan Bah?”

“Suatu saat kamu akan tahu, merekalah yang sebenarnya membuat bibit bencana untuk kampung kita.”

“Kenapa, Abah?”

“Karena mereka menghancurkan hutan yang menyerap dan menyimpan air saat musim hujan dan mengeluarkannya

Kalid kecil ketika itu belum paham benar apa itu ekosistem. Kelak, ketika dia besar, dia baru paham dan marah semarah-marahnya.
 Bahasa merupakan wahana utama penghasil teks Membandingkan Teks Cerita Fiksi dalam Novel
Dalam novel Laskar Pelangi juga ditemukan teks eksplanasi seperti pada contoh di bawah ini.
StrukturLaskar Pelangi, 2007
Pernyataan
Umum
N.A. Muslimah Hafsari Hamid binti K.A. Abdul Hamid, atau kami memanggilnya Bu Mus, hanya memiliki selembar ijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri). Namun, beliau bertekad melanjutkan cita-cita ayahnya-K.A. Abdul Hamid, pelopor sekolah Muhammadiyah di Belitong-untuk terus mengobarkan pendidikan Islam. Tekad itu memberinya kesulitan hidup tak terkira, karena kami kekurangan guru- lagi pula siapa yang rela diupah beras 15 kilo setiap bulan? Maka, selama enam tahun di SD Muhammadiyah, beliau sendiri yang mengajar semua mata pelajara-mulai dari Menulis Indah, Bahasa Indonesia, Kewarganegaraan, Ilmu Bumi, sampai Matematika, Geografi, Prakarya, dan Praktik Olahraga. Setelah seharian mengajar, beliau melanjutkan bekerja menerima jahitan sampai jauh malam untuk mencari nafkah, menopang hidup dirinya dan adik-adiknya. (Laskar Pelangi, 2007:29-30)
Urutan Sebab-AkibatTak susah melukiskan sekolah kami, karena sekolah kami adalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan sekolah miskin di seantero negeri ini yang jika disenggol sedikit saja oleh kambing yang senewen, bisa rubuh berantakan.

Kami memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD Muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiah. Maka kami, sepuluh siswa baru ini bercokol selama sembilan tahun di sekolah yang sama dan kelas-kelas yang sama, bahkan susunan kawan sebangku pun tak berubah selama sembilan tahun SD dan SMP itu.

Kami kekurangan guru dan sebagian besar siswa SD Muhammadiyah ke sekolah memakai sandal. Kami bahkan tak punya seragam. Kami juga tak punya kotak P3K. Jika kami sakit, sakit apa pun: diare, bengkak, batuk, flu, atau gatal-gatal maka guru kami akan memberikan sebuah pil berwarna putih, berukuran besar bulat seperti kancing jas hujan, yang rasanya sangat pahit. Jika diminum kita bisa merasa kenyang. Pada pil itu ada tulisan besar APC. Itulah pil APC yang legendaris di kalangan rakyat pinggiran Belitong. Obat ajaib yang bisa menyembuhkan segala rupa penyakit. (Laskar Pelangi, 2007:17—18)
UrutanSebab-
Akibat
Sekolah Muhammadiyah tak pernah dikunjungi pejabat, penjual kaligrafi, pengawas sekolah, apalagi anggota dewan. Yang rutin berkunjung hanyalah seorang pria yang berpakaian seperti ninja. Di punggungnya tergantung sebuah tabung alumunium besar dengan slang yang menjalar ke sana ke mari. Ia akan berangkat ke bulan. Pria ini adalah utusan dari dinas kesehatan yang menyemprot sarang nyamuk dengan DDT. Ketika asap putih tebal mengepul seperti kebakaran hebat, kami pun bersorak-sorak kegirangan.

Sekolah kami tidak dijaga karena tidak ada benda berharga yang layak dicuri. Satu-satunya benda yang menandakan bangunan itu sekolah adalah sebatang tiang bendera dari bambu kuning dan sebuah papan tulis hijau yang tergantung miring di dekat lonceng. Lonceng kami adalah besi bulat berlubang-lubang bekas tungku. Di papan tulis itu terpampang gambar matahari dengan garis-garis sinar berwarna putih. Di tengahnya tertulis SD MD (Sekolah Dasar Muhammadiyah). (Laskar Pelangi, 2007:17-18)