Sinonim adalah kata yang maknanya mirip atau sama dengan pasangan kata lain, misalnya kata ayah bersinonim dengan bapak.
Antonim adalah kata yang berlawanan maknanya dengan pasangan kata yang lain, seperti baik berlawanan maknanya dengan buruk.
Hiponim adalah kata yang memiliki makna yang lebih sempit daripada makna generik yang merupakan superordinatnya, misalnya mawar dan melati merupakan hidpnim dari bunga.
Meronim atau hubungan bagian adalah kata yang memiliki hubungan dengan kata lain yang merupakan bagian dari makna kata lain, misalnya kata jari merupakan meronim (bagian) dari tangan.
(Sumber: Sampul belakang Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2009)
Sering kita mengartikan segala sesuatu dengan asal-asalan. Maunya mempersingkat tetapi sering juga pengertian yang kita buat justru menyesatkan. Sinonim diartikan sebagai persamaan kata, sedangkan antonim diartikan sebagai lawan kata. Seharusnya dalam sinonim yang sama adalah maknanya, begitu pula dalam antonim, yang berlawanan adalah makna katanya.
Contoh kata indah bersinonim dengan bagus. Kedua kata tersebut adalah dua kata yang berbeda. Kedua kata tersebut tidak sama, namun yang memiliki makna yang sama atau mirip. Makna dari bagus adalah sesuatu yang indah, dan indah itu biasanya bagus.
Sementara itu, antonim jika dimaknai sebagai lawan kata juga tidak tepat karena tidak semua antonim tidak harus punya lawan (dalam hal kata). Dalam antonim yang berlawanan adalah maknanya. Kata yang berantonim juga tidak hanya satu. Maksudnya, sebuah kata bisa berantonim dengan lebih dari satu kata. Misalnya kata besar berantonim dengan kecil. Luas berantonim sempit. baik berantonim buruk.
Baca Juga: Sejarah Perkembangan Tesaurus Bahasa Indonesia
Ada pula antonim yang tidak langsung berkebalikan 180 derajat. Misalnya kata merah berantonim dengan putih, biru, kuning, hijau, dst. Kata manis berantonim dengan pahit, tetapi juga berantonim dengan masam, getir, tawar. Intinya antonim bisa dimaknai sabagai ‘yang tidak’. Misalnya baik antonimnya adalah ‘yang tidak baik’. Akan tetapi dalam mencari antonim tidak boleh hanya menambah kata ‘tidak’. baik antoninmnya tidak baik. Ini bukan antonim, ini adalah penegasian.
Baca Juga: Sejarah Perkembangan Tesaurus Bahasa Indonesia
Ada pula antonim yang tidak langsung berkebalikan 180 derajat. Misalnya kata merah berantonim dengan putih, biru, kuning, hijau, dst. Kata manis berantonim dengan pahit, tetapi juga berantonim dengan masam, getir, tawar. Intinya antonim bisa dimaknai sabagai ‘yang tidak’. Misalnya baik antonimnya adalah ‘yang tidak baik’. Akan tetapi dalam mencari antonim tidak boleh hanya menambah kata ‘tidak’. baik antoninmnya tidak baik. Ini bukan antonim, ini adalah penegasian.
Hiponim bisa juga dimaknai sabagai kata khusus. Misalnya melati dan mawar merupakan hiponim atau kata khusus dari bunga. Dalam hal ini bunga adalah kata umum (generik) atau bisa juga disebut dengan istilah hipernim. Jadi, hiponim memiliki antonim hipernim.
Contoh lain dari meronim adalah mata meronim dari wajah. Segala sesuatu yang memiliki makna bagian disebut dengan meronim.